Minggu, 05 Februari 2017

Strategi PR Hadapi HOAX

Hoax atau berita palsu belakangan ini menjadi concern bagi praktisi PR. Pasalnya berita palsu semacam ini mudah menyebar melalui kanal digital. Ancamannya bisa berimbas kepada reputasi perusahaan/lembaga. Pada dasarnya berita hoax berarti tidak benar, palsu, bohong. bisa saja sengaja dibuat berdasarkan pesanan untuk membentuk dan atau meyesatkan opini publik. Berita hoax dapat dibuat oleh siapa saja yang mempunyai niat dan kapasitas untuk membuat berita, bisa berbayar atau karena sekedar iseng. 


Akhir-akhir ini, marak berita hoax yang berisi fitnah, ujaran kebencian, pembunuhan karakter, adu domba antar kelompok yang berpotensi memecah belah persatuan dan meresahkan masyarakat luas. Tujuan hoax yaitu mempengaruhi opini publik, kampanye negatif dan kampenye hitam serta membuat sesat informasi. Saat terjadi hoax yang mengakibatkan krisis kepercayaan dan menurunnya citra perusahaan, peran PR sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengembalikan kredibilitas dan kepercayaan. Oleh karena itu ada beberapa langkah-langkah komunikasi yang harus dilakukan, antara lain:
1. Menjadi Sumber Informasi yang Utama Dan Kredibel
2. Kecepatan Dalam Berkomunikasi (konvensional dan digital)
3. Memberikan Respon Simpati Secepat Mungkin (stanby statement)
4. Menunjukan Kompetensi dan Juga Tokoh Ahli 

Ada beberapa strategi dalam menghadapi Hoax yaitu:
1. Membuat klarifikasi
    Berita yang salah tidak boleh dibiarkan, karena akan menjadi referensi yang salah secara berulang. Harus diklarifikasi dengan baik.
2. Duplikat klarifikasi
   Sebarluaskan semua kliping publikasi media massa ke berbagai media sosial, dalam kuantitas yang sebanyak-banyaknya. Kuantitas berita klarifikasi kita harus lebih banyak dari berita hoax yang sudah tersebar. Singkirkan berita yang tidak benar ke halaman belakang google, dan ke depankan berita-berita klarifikasi kita di halaman pertama google.
3. Mencegah berita hoax
   Untuk menangani hoax di media mainstream, sebaiknya jalin komunikasi personal yang baik dengan jurnalis (media relations). Lakukan media visit, atau journalist gathering, atau TV news producer meeting, ini sangat efektif untuk menjelaskan positioning informasi yang benar versi kita. Lakukan klarifikasi via medsos dilakukan dengan menghubungi pemilik akun menjelaskan secara baik-baik.
4. Meminta bantuan orang ketiga
   Jika berita hoax terus muncul, kita dapat menghubungi dan meminta bantuan pada dewan pers. Jika berita hoax itu tersebar melalui media sosial, maka bisa dilaporkan kepada penyelenggara atau publisher media sosialnya (facebook/twitter).
5. Mengambil langkah hukum
   Jika semua upaya, mulai dari permintaan klarifikasi dan mediasi sudah dilakukan secara optimal namun tidak mempan, langkah hukum perlu juga dilakukan.

Sumber : Hasil seminar PR Meetup #8 & Ega Briefings

2 komentar:

  1. keren, sangat membantu penejelasannya. :) semoga ilmunya bermanfaat terimakasih ya.

    BalasHapus